Jumat, 11 Desember 2009

PADA TUJUH BELASKU

Sang surya tersipu malu ketika pagi menyapanya. Bermahkotakan langit biru yang begitu mempesona. Burung-burung berkicau mengucap syukur atas rahmat sang Pencipta. Aduhai,,,betapa indahnya pagiMu. Ya tuhan…betapa ingin kunikmati itu, bercengkerama menyatu dengan tetes demi tetes air suciMu. Disini aku terpaku,bisu dalam pembaringanku. Hanya mataku yang sesekali bergerak menatap waktu yang kian berlau, meninggalkan jejak-jejak merah di penghujung usiaku.

Aku tersiksa…terbelenggu dalam perih yang kian mendera. Terkenang olehku saat aku masih bisa tersenyum melihat tatapnya,ketika sapa lembut buatku terjaga. Dan lagi,,,hanya bulir air hangat yang kian menderas mengalir membasahi pipiku. Sungguh….aku rindu,,, merindu, sangat merindu.

Terkadang aku tergugu, mengumpat hasratku yang sekeras batu. Aku yang egois, naïf dan tak pernah menyadari betapa besar untai kasihMu untukku. Kadang terlintas Tanya daam raguku,”kenapa Dia memilihku?”…. dan sungguh aku malu..aku malu padaMu. Perih ini, sakit ini hanyalah sekelumit rasa dari selaksa cintaMu ya Rob,, setitik indah dari samudra abadiMu.

Dimataku, aku adalah aku, guratan indah sesempurana nafas yang tlah Kau tiupan ke ragaku. Mengisi sendi- sendi kehidupanku. Karna lemah ini adalah anugerahMu, karma kurang ini adaah kuasaMu.

Tahun demi tahun tlah berlalu. Waktu tlah hantarkanku pada dewasaku. Terkenang olehku peluk hangat saat aku menangis dalam buaianya. Saat ku terlelap dalam doa khusyuknya.

Disini di pembaringan ini, ku ingin menatap teduh matanya, ku ingin peluk hangat yang aku damba. Mama…. dekap aku,, bawa aku meniti simponi cinta yang kau beri. Ajak aku selami cerita tentang dongeng sebelum tidurmu. Temani aku agar tiada lagi sakit di ragaku. Karna engkaulah cahayaku, engkaulah tabib terakhirku, engkaulah indah di penghujung sinarku.

Mama… tlah jauh kususuri waktu tanpamu dan disini di pembaringan ini, ijinkan ku ucap segala cinta yang kurasa untukmu. Rasa terimakasih atas kesempatan yang kau beri untukku, hingga ku mengerti hitam di atas putih, hingga kusadari gelap diantara terang, hingga kusyukuri anugerah di dalam doa. Sungguh aku bertahan untukmu, sampai pada tujuhbelasku. Karna atas cintamulah aku ada, dan karna asamulah aku tercipta.

Maafan aku ma…. Aku ngin pulang, jangan pernah mata air mata itu menderas. Jangan pernah raga itu tertunduk lemah. Karna aku akan selalu ada di nafasmu.

Tuhan renagkuh aku… bawa aku daam damaiMu. Bersama harap ibu yang melahiranku,bersama senyumnya,,,bersama dekapnya,,,dan bersama….ABADINYAA

Sabtu, 28 November 2009

sebenarnya aku tak ingin mengeluh tuk mua rasaku,,
tak ingin menangis tuk mua lukaku,,
tapi...... ntah mengapa anganku berteriak sendu,
meleburkan segala kesombonganku akan hadirmu
sungguh,,,aku merindumu

Minggu, 22 Februari 2009

akU terombang- amBing diSeLaksa sEpi
Lirih dLam Lantun kidUng yg tLah terputus
aku sEndiri. . . . .
hanYa bertemAn sunyi
masih adAkah tElinga yg ikhLas mEndengar jErit hati
masih adAkah hAti yg mau mEmbagi CeLahnya
tuk ku singgahi
skEtsa itu ku remas
bErsama kisahku yg hancur
tak bErbekas

sElaksa kasih uNtUk mamA


TLah jauh ku susuri waktu
sEnjaku tLah berubah meNjadi keLabu
ku rindU dekap Kasihmu
kUhaus tatAp lEmbutmu

mAMa. . . .
kUatkan aKU

Kamis, 13 November 2008

senja ne membunuhku
mengalunkan kidung panjang yg tak ku mengerti.
aku lelah....

Rabu, 06 Februari 2008

Ambang Senja

sendiri merajut sepiku
bergrmuruh dalam riuh
bergema bersama kidung yang terputus

aku mengembara di gamangnya fikirku
menerobos celah sempit tabir hidupku
bergelut dengan perih yang tak sempat
kubaca dan kumengerti
tertegun bersama asa yang mengalir
da haribaan sunyi